 Eksis di tahun 60-an, The Beatles tumbuh menjadi sebuah ikon dalam budaya pop dunia. Mereka tak hanya berpengaruh secara musikal tetapi juga dalam penampilan dan sikap. Para remaja saat itu meniru habis-habisan, mulai dari model rambut hingga ke sepatu. Gaya seperti itu juga tak terbatas di Inggris dan Amerika tetapi juga merambat hingga ke Indonesia.. ''The Beatles pertama kali masuk ke Indonesia sekitar tahun '63 lewat lagu I Saw You Standing There. Meski info yang kami terima hanya sedikit tetapi gaya The Beatles langsung mewabah di sini,'' kenang Abadi Soesman, musisi yang hingga kini tetap setia membawakan lagu-lagu The Beatles.
Dulu, cerita Abadi, kelompok The Beatles dikelola secara multisektor. Mereka tak hanya mengusung musik yang unik tetapi juga menawarkan penampilan yang tidak lazim. ''Di saat musik formal seperti instrumentalia dan pop merajai pasaran, mereka datang dengan komposisi lagu dan gaya panggung yang lain. Waktu itu The Beatles menjadi pelopor rambut gondrong berponi seperti model rambut perempuan,'' ujar Abadi yang pernah juga bergabung dengan God Bless dan Bharata Band.
Sayangnya musik The Beatles kemudian dilarang di Indonesia yang saat itu didominasi oleh PKI (Partai Komunis Indonesia). Inilah salah satu kebiadaban PKI. Piringan hitam (PH), buku, dan majalah musik dibakar. Siapa yang meniru dandanan rambut dan pakaian Beatles, digunting di jalanan. Koes Bersaudara, pelopor grup rock 'n roll di Indonesia, ditangkap dan dijebloskan dalam penjara. Bahkan memainkan lagu Barat dilarang.
Info tentang Beatles kemudian menjadi 'barang' mewah yang hanya didapat oleh kalangan tertentu. ''Waktu itu kami mengenal lagu The Beatles lewat siaran radio Australia dan sesekali dari Majalah Time atau piringan hitam yang hanya dipunyai beberapa orang saja. Meski dilarang, saya tetap nekad main band bareng teman, dulu band saya namanya Irama Abadi. Kami sempat juga ditangkap Kodim saat mentas dan ditanyai macam-macam,'' kenang Abadi.
Begitu hebat pengaruh revolusi rock n' roll, rambut gondrong, serta dananan The Beatles lekas mewabah ke seluruh dunia. Di negara asal mereka, Inggris, The Beatles sempat juga ditentang habis-habisan oleh kalangan orang tua yang konservatif. Mereka dianggap telah menyebarkan virus rock n' roll yang membahayakan generasi muda Inggris.
Sejarah The Beatles sendiri berawal sekitar tahun '56 saat John Lennon yang masih berusia 16 tahun, membentuk band skiffle (sejenis musik folk tradisional) The Quarrymen. Tetapi musik skiffle bukan tujuan utama John, seperti remaja Liverpool lainnya ia ingin mengusung musik rock n'roll dan R&B. Niat John mulai terwujud setelah bertemu Paul McCartney setahun kemudian.
Sebenarnya musik R&B saat itu kurang populer di Inggris. Karya musisi AS seperti Chuck Berry, Little Richard, Buddy Holly, dan Elvis Presley sangat jarang terdengar di Inggris yang dikuasai kalangan konservatif. Apalagi di akhir tahun 50-an popularitas mereka menurun. Buddy Holly, Ritchie Valens, dan J.P. Richardson meninggal akibat kecelakaan pesawat terbang, Elvis masuk militer, dan Chuck Berry dipenjara selama dua tahun.
Tetapi di Liverpool musik R&B masih terdengar lewat rekaman yang dibawa para pelaut dari AS. Rekaman tersebut selalu diburu para remaja yang gemar meniru lagu-lagu mereka, salah satunya adalah para personil Quarrymen yang terdiri dari John (ritem gitar), Paul (ritem gitar), George Harrison (gitar), dan Stuart Sutcliffe (bas).
Nama The Quarrymen kemudian berganti menjadi John & The Moondogs, lalu Silver Beetles. Tak lama sebelum Pete Best (dram) bergabung (1960), mereka kembali berganti nama menjadi The Beatles. ''Kami sedang memeras otak ketika John tiba-tiba menawarkan nama Beatle. Nama itu bagus karena asalnya dari kata beetle (serangga) yang diplesetkan menjadi 'beat','' tutur George.
Bermodal lagu-lagu R&B milik Chuck Berry, Little Richard, Carl Perkins, dan Buddy Holly, The Beatles kemudian menggelar pentas di Hamburg, Jerman. Petualangan di Hamburg terpaksa harus berakhir saat George dideportasi karena masih di bawah umur dan mereka juga tidak memiliki visa pekerja.
Untungnya The Beatles sempat menggelar 30 pertunjukan selama di Hamburg. Jumlah jam terbang tersebut cukup untuk mendapat tanggapan dari publik Liverpool dan mereka dipercaya untuk tampil di Cavern Club. The Beatles lalu mulai membangun imej dengan dandanan mereka.
Potongan rambut karya Astrid Kirchherr, tunangan Stuart yang berkebangsaan Jerman, kemudian diikuti oleh semua personil Beatles. Model rambut agak gondrong dan berponi ini kemudian dikenal dengan sebutan 'mop top' karena memang agak mirip sapu ijuk.
''Suatu hari saya pergi berenang. Setelah keluar dari kolam dan mengeringkan rambut, rambut saya jatuh ke depan semua persis sapu (mop)... saya biarkan saja seperti itu. Dari situ orang menyebut potongan rambut tersebut sebagai potongan Beatles,'' cerita George dalam sebuah wawancara di tahun '64.
Bersama Stuart mereka kembali menggelar pentas di Hamburg. Bulan Juli tahun 1961, the Beatles kembali ke Inggris tanpa Stuart. Dia memutuskan untuk tinggal di Hamburg sebagai pelukis (tak sampai setahun kemudian Stuart meninggal akibat pendarahan otak).
Paul lalu beralih dari ritem gitar ke bas. Mereka kembali beraksi di Cavern Club, Liverpool, hingga bertemu Brian Epstein, mantan siswa Royal Academic of Dramatic Art di London yang pulang ke Liverpool untuk mengelola toko kaset ayahnya. ''Sebelum melihat penampilan The Beatles di Cavern Club saya sama sekali buta tentang manajemen artis pop. Ini dunia baru buat saya!'' tegas Brian yang pertama kali tertarik pada Beatles lewat lagu My Bonnie yang direkam di Hamburg bareng penyanyi Tony Sheridan.
Brian lalu menjadi manajer The Beatles dan saat itu ia mengubah habis-habisan dandanan mereka. Jaket kulit dan jeans ketat diganti dengan setelan Pierre Cardin berwarna abu-abu dan potongan rambut yang lebih rapi. Usaha Brian untuk mendapatkan kontrak rekaman bagi The Beatles berulang kali gagal. Pada tahun '62 produser George Martin tertarik dan merekrut mereka ke label Parlophone (EMI).
Pete Best yang dinilai permainan dramnya kurang memadai kemudian dipecat dan posisinya diisi Ringo Starr (Richard Starkey) mantan dramer Rory Strome And The Hurricane. Bersama Ringo mereka merekam dua single, Love Me Do dan P.S. I Love You yang langsung menjadi hit di Inggris. Setahun kemudian The Beatles merilis debut album Please Please Me ('63).
Single demi single terus mereka luncurkan, dalam jangka setengah tahun saja Beatlemania sudah bermunculan. Album Meet The Beatles (1964) kemudian menjadi album pertama yang populer di AS dan mengantarkan mereka menginjak bandara Kennedy, New York untuk pertama kali. Disaksikan 73 juta penonton televisi AS, The Beatles tampil pada acara Ed Sulivan Show. Dari berbagai interview, mereka berhasil membangun imej sebagai band yang smart, cuek, dan lucu. Kehadiran The Beatles di AS juga menandai era British Invasion dan memicu beatlemania.
''Tampil di acara Sunday Night at The Palladium, The Ed Sullivan Show, pergi ke Amerika dan merekam album nomor satu adalah sedikit di antara ambisi kami yang segudang,'' kata Paul. Padahal saat tampil di Palladium, John sempat menyindir kaum ningrat Inggris dengan ucapan, ''Buat penonton di kursi murah, silakan bertepuk tangan. Selebihnya cukup membunyikan perhiasan.''
Dalam jangka waktu dua tahun saja, The Beatles telah mencetak 26 single di Billboard Top 40 (termasuk 10 lagu nomor satu) dan tujuh album terbaik. Mereka terus menggelar tur keliling Eropa, Amerika Utara, Australia, dan Jepang. The Beatles juga merilis dua film hit, A Hard Day's Night dan Help!.
Pengaruh Bob Dylan dan The Byrds yang sukses dengan lagu-lagu folk rock kemudian memacu Beatles untuk merilis Rubber Soul ('65). Lirik lagu dalam Rubber Soul dinilai lebih introspektif dan lebih menonjolkan suara akustik, termasuk sitar. Selain lagu-lagu klasik yang ditulis John dan Paul (Norwegian Wood, Drive My Car, dan Michelle), George juga menulis lagu terbaiknya, If I Needed Someone.
Popularitas The Beatles terus menanjak hingga tahun 1966, saat sebuah majalah remaja, Datebook, mengutip perkataan John yang mengundang sensasi. ''Kini kami lebih populer dari Yesus. Saya tak tahu apa yang lebih utama, rock n'roll atau Kristen.'' Komentar ini mengundang aksi protes di mana-mana, terutama di bagian selatan AS. Album The Beatles dibakar, konser diboikot dan John menerima banyak ancaman pembunuhan.
Tekanan yang mereka terima akhirnya membuat John tampil meminta maaf secara resmi di Chicago. Tetapi ancaman pembunuhan terus berlangsung hingga akhir tur Amerika di bulan Agustus '66. Mereka lalu kembali ke Inggris untuk menggarap album Revolver. Saat itu karya-karya Paul terpengaruh oleh Beach Boys (Here, There, And Everywhere) dan Motown (Got To Get You Into My Life), sedangkan lagu George, Love To You terpengaruh musik India dan John... terpengaruh drugs!
Setelah merilis Revolver, mereka menyempatkan diri berlibur. Ringo kembali ke Surrey, George ke India untuk belajar sitar dan yoga, Paul menggarap soundtrack film indie The Family Way, dan John berakting di film How I Won The War (di sana untuk pertama kalinya John memakai kacamata bulat).
Tak sampai setahun, The Beatles kembali masuk studio rekaman. Lagu Strawberry Fields Forever yang diambil dari nama panti asuhan menjadi lagu pertama yang ditulis John untuk album Sgt. Pepper Lonely Hearts Club Band. Album ini dipenuhi gaya psychedelic dan menandai dimulainya era flower generation. Meski album ini sukses di pasaran, tetapi tanda-tanda keretakan The Beatles mulai terlihat.
Keadaan bertambah buruk setelah manajer mereka, Brian Epstein meninggal di tahun '67 akibat over dosis. Para personil The Beatles mulai mendirikan label rekaman dan butik sendiri, yang dua-duanya diberi nama Apple. Mereka juga mulai berguru pada Maharishi Mahesh Yogi yang mengajarkan meditasi dan spiritual India. Awal '68 The Beatles mengikuti Maharishi ke Rishikesh, India. Ringo cuma bertahan 10 hari, Paul 5 minggu, sedangkan John dan George bertahan sampai 2 bulan. Tetapi mereka kemudian menjauhi Maharishi setelah mendengar gosip sang guru menggoda artis Mia Farrow. Kejadian tersebut mengilhami John untuk menulis lagu Sexy Sadie yang semula akan diberi judul Maharishi.
Era double album bersampul putih yang populer dengan nama The White Album ('68) menandai dimulainya hubungan serius antara John dan Yoko Ono, sementara Paul mulai berkenalan dengan fotografer Linda Eastman. Saat itu pula mereka berkenalan dengan Eric Clapton lewat produser George Martin. Eric lalu bermain solo di nomor karya George, While My Guitar Gently Weep. Seminggu setelah White Album dirilis, John merilis album solo Two Virgin.
Setelah John dan Paul menikah di tahun '69, The Beatles kembali merilis album. Album Abbey Road mereka garap di tengah perselisihan tentang siapa yang pantas menjadi manajer. Paul menginginkan Lee Eastman, mertuanya yang seorang pengacara. Sedangkan John menghendaki posisi itu dipegang Allen Klein (manajer Rolling Stone). Sementara Ringo dan George berpihak pada John.
Abbey Road menjadi album terakhir The Beatles yang berisi materi lagu baru. Di sisi A mereka banyak menampilkan lagu pop rock, seperti Come Together, Oh Darling dan Something, sementara side B diisi lagu bergaya Sgt. Pepper yang inovatif dan bagus secara melodi.
Bulan April 1970, Paul merilis album solo McCartney, sekaligus mengumumkan bubarnya The Beatles. Sebulan kemudian album Let It Be yang berisi lagu-lagu lama, dirilis EMI dan diremixed oleh Phil Spector. Setelah itu para personil The Beatles sibuk bersolo karier. Sepeninggal John yang tewas ditembak penggemarnya (1980), Paul, George, dan Ringo sesekali bergabung untuk memproduksi kembali lagu lama mereka. Dan di tahun '95 lagu Free As A Bird dan Real Love yang berasal dari demo John, mereka sempurnakan dan direkam dalam The Beatles Anthology.
DISKOGRAFI :
Love Me Do (Single), 1962 In The Beginning/ The Early Tapes, 1962 With The Beatles, 1963 Please Please Me, 1963 Something New, 1964 Second Album, 1964 Meet The Beatles, 1964 Early Beatles, 1964 Beatles For Sale, 1964 A Hard Day's Night, 1964 Rubber Soul, 1965 Help!, 1965 Beatles '65, 1965 Yesterday and Today, 1966 Revolver, 1966 Sgt. Pepper's Lonely Hearts Club Band, 1967 Magical Mystery Tour, 1967 Hello Goodbye (single), 1967 The White Album, 1968 Lady Madonna (single), 1968 Yellow Submarine (soundtrack), 1969 Abbey Road, 1969 Let It Be, 1970 Hey Jude, 1970 1962-1966 (Red Album), 1973 1967-1970 (Blue Album), 1973 The Beatles Tapes From The David Wiggs Interviews, 1976 Rock 'N' Roll Music vol.1 & 2, 1976 Love songs, 1977 Live In Hamburg 1962, 1977 Live At The Star Club, 1962 Vol. 1 & 2, 1977 Live At Hollywood Bowl, 1977 Rarities, 1980 20 Greatest Hits, 1981 Reel Music, 1982 Past Masters Vol. One and Two, 1988 Multiselection Boxed Set, 1988 Conquer America, 1988 First U.S. Visit, 1991 The Beatles Tapes I; In the Northwest, 1992 Talk Downunder, 1992 West Coast Invasion, 1993 Things We Said Today, 1993 The Beatles Live: Ready, 1993 Not A Second Time, 1993 Moviemania!, 1993 From Britain With Beat, 1993 East Coast Invasion, 1993 All Our Loving, 1993 The Beatles Tapes II; Early Beatlemania, 1994 Live at The BBC, 1994 Things We Said Today-Talking With The Beatles, 1995 The Beatles Tapes III; The 1964 World Tour, 1995 The Beatles Anthology: 1, 1995 Talk Downunder: Australia Beatlemania, 1995 Quote Unquote-The Sixties Interviews, 1995 Paul McCartney: Beyond The Myth, 1995 John Lennon Forever, 1995 In Their Own Words-The Lost..., 1995 Dark Horse:...George Harrison, 1995 The Savage Young Beatles In Hamburg 1961, 1996 The Beatles Anthology 2 & 3, 1996 Yellow Submarine Songtrack, 1999 The Legend Begins, 1999 Savage Young Beatles, 2000
Referenced by : Yudi
|